Jurnal Perjalanan PembelajaranKu - Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Saya Fitra Jayadi Pura, Calon Guru Penggerak angkatan 11 dari Kabupaten Bandung, berikut adalah kesimpulan yang saya buat pada tahap koneksi antar materi di modul 3.1. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan panduan pertanyaan yang ada di LMS.

 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Dengan mengintegrasikan ketiga prinsip ini, pemimpin dapat membuat keputusan yang tidak hanya tepat, tetapi juga didasarkan pada nilai-nilai pendidikan dan pemberdayaan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi, kemandirian, dan pengembangan karakter bagi seluruh tim.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita memiliki pengaruh mendalam terhadap prinsip-prinsip yang kita terapkan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai ini adalah keyakinan mendasar yang membentuk pandangan kita tentang dunia, perilaku kita, serta bagaimana kita menilai sesuatu sebagai benar atau salah, penting atau tidak penting. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita membentuk kerangka berpikir kita dalam menilai situasi, menentukan prioritas, dan menghadapi tekanan. Mereka berfungsi sebagai kompas internal yang membantu kita mengambil keputusan yang tidak hanya efektif, tetapi juga selaras dengan integritas dan prinsip moral yang kita junjung tinggi. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai yang kuat cenderung lebih bermakna dan memberikan kepuasan pribadi, karena mereka mencerminkan siapa diri kita sesungguhnya.

 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator, terutama dalam proses pembelajaran dan refleksi terhadap keputusan yang telah diambil. Coaching berfungsi sebagai wadah untuk mengeksplorasi, menguji, dan mengembangkan kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan, baik itu di lingkungan profesional maupun personal. Coaching memainkan peran kunci dalam memperbaiki dan mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan. Melalui refleksi, umpan balik, eksplorasi alternatif, serta peningkatan kesadaran diri, coaching membantu individu dalam menguji dan memperbaiki proses pengambilan keputusan mereka. Jika keputusan yang diambil terasa kurang efektif atau menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, sesi coaching memberikan ruang untuk merefleksikan hal tersebut dan mencari cara terbaik untuk melangkah ke depan.

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional memiliki pengaruh besar terhadap proses pengambilan keputusan, terutama ketika dihadapkan pada dilema etika. Dilema etika sering kali melibatkan situasi di mana terdapat beberapa pilihan yang sama-sama benar atau berharga, tetapi bertentangan satu sama lain, sehingga memerlukan pertimbangan emosional dan etis yang mendalam. Dengan keterampilan sosial-emosional yang baik, guru dapat mengambil keputusan yang tidak hanya sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan emosional semua pihak yang terlibat.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik karena nilai-nilai inilah yang membentuk dasar pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks. Setiap pendidik memiliki serangkaian nilai inti seperti kejujuran, keadilan, empati, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pendidikan moral, yang memandu mereka dalam menyelesaikan dilema etika dengan cara yang bijaksana dan bermoral. Studi kasus ini juga menjadi alat yang efektif untuk merefleksikan dan memperkuat nilai-nilai tersebut dalam praktik pengajaran sehari-hari.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat berkontribusi langsung pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai keadilan, transparansi, empati, dan tanggung jawab meningkatkan kepercayaan, keterlibatan, kesejahteraan emosional, dan meminimalisir konflik. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, lingkungan sekolah atau komunitas pendidikan dapat berkembang menjadi tempat yang mendukung pembelajaran, kerja sama, dan pertumbuhan moral semua anggotanya.

 

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika di lingkungan manapun sering kali disebabkan oleh perbedaan nilai, tekanan eksternal, dan perubahan paradigma yang mendorong pergeseran dalam cara pandang dan kebijakan. Ketika lingkungan mengalami perubahan, individu harus menghadapi dilema antara mematuhi paradigma baru atau mempertahankan nilai-nilai etika pribadi. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai etis dengan kebutuhan akan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang berfokus pada memerdekakan murid berarti memberikan ruang bagi siswa untuk tumbuh sesuai dengan potensi unik mereka. Keputusan yang tepat dalam pembelajaran adalah keputusan yang fleksibel, berpusat pada siswa, dan didasarkan pada observasi mendalam tentang kebutuhan dan kekuatan masing-masing siswa. Dengan memahami perbedaan potensi siswa, kita dapat merancang strategi pembelajaran yang membantu mereka berkembang secara optimal, menciptakan suasana belajar yang mendukung kemandirian, kreativitas, dan rasa percaya diri dalam diri mereka.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya melalui pengambilan keputusan yang tepat dan terinformasi. Keputusan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari menciptakan lingkungan belajar yang positif hingga pengembangan kurikulum yang relevan. Dengan mengambil keputusan yang berfokus pada kebutuhan siswa dan berorientasi pada pengembangan holistik mereka, pemimpin pembelajaran dapat memberikan kontribusi signifikan bagi keberhasilan akademis dan kehidupan sosial-emotional murid-muridnya.

 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).

 

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.

 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak dengan mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang komprehensif bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.