PEMIMPIN PEMIKUL BEBAN

PEMIMPIN PEMIKUL BEBAN

Dudung Sulimar

 

Pemimpin, ya kata pemimpin tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Karakter seorang pemimpin sudah dijelaskan oleh Rasulullah dalam perspektif Al-Qur'an.

Karakter pemimpin dalam perspektif Islam, menurut Rasulullah, sesungguhnya semua orang adalah pemimpin. Pemimpin keluarga, istri pemimpin internal keluarga, suami memimpin mengurusi semua anggota keluarga, pemimpin masyarakat, perusahaan, organisasi, partai.

Dalam perspektif yang lebih luas, jadi tidak ada manusia yang lepas dari kategori kepemimpinan. Dalam skala globalnya adalah pemimpin negara.

Secara alamiah terdapat dua tipe pemimpin yang digambarkan Alquran secara garis besar. Pertama, pemimpin yang mengajak umatnya ke jalan yang tidak benar. Di dalam Surat Al Qashas Ayat 41 dijelaskan; Dan kami jadikan di antara umat manusia itu pemimpin-pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam api neraka.

Saya mengkategorikan bahwa pemimpin seperti ini ada dalam sosok Firaun yang berhadapan dengan Nabi Musa AS. Contoh lainnya adalah Namrud yang berhadapan dengan Nabi Ibrahim AS. Di lain sisi ada Abu Jahal dan Abu Lahab yang selalu anti dan bersebarangan  dengan pemikiran serta dakwah Rasulullah.

Saya beropini, sampai kapan pun akan tetap ada pemimpin yang mengajak ke dalam neraka seperti Firaun, Namrud, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Tipe pemimpin yang kedua digambarkan dalam Alquran, yakni pemimpin yang mengajak umat yang dipimpinnya ke dalam surga. Pemimpin jenis kedua ini digambarkan dalam Alquran, Surat As Sajdah Ayat 24 yang menjelaskan tiga karakter pemimpin.

Allah berfirman, "kami jadikan di antara umat manusia itu ada pemimpin yang punya karakter mengajak umatnya terhadap agama kami yang benar dan jalan yang lurus" (32:24).

"Pemimpin seperti ini pundaknya mengemban amar makruf nahi mungkar. Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu amar makruf nahi mungkar. Yang keluar dari pikirannya juga selalu amar makruf nahi mungkar. Semua kebijakan yang dibuat pemimpin seperti itu selalu berlandaskan kepada amar makruf nahi mungkar.

Karakter pemimpin yang pertama adalah amar makruf nahi mungkar. Kemudian, karakter pemimpin yang kedua adadalah pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam surga serta memiliki karakter sabar. di Indonesia terbentang ribuan pulau, beragam bahasa, karakter, etnis, adat istiadat, suku, kepercayaan dan agama. Sehingga, untuk memimpinnya membutuhkan kesabaran, kearifan dan wawasan yang luas, serta memiliki rasa terhadap kesejahteraan rakyat. Karakter pemimpin yang ketiga, pemimpin harus yakin dengan isyarat dari Allah. Yakin diistilahkan sebagai "iman", yakin kalau memimpin begini nanti akibatnya akan begini, kalau masyarakatnya beriman dan bertakwa maka Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi.

Bagaimana dengan pemimpin sebagai pemikul beban? Ya lagi-lagi beban. Beban adalah tumpukan jutaan masalah yang menghantam negeri kita tercinta. Kalau satu dua  beban, mungkin sang pemimpin bisa memecahkannya. Tapi kalau jutaan beban, apakah "sang pemimpin" sanggup untuk memecahkannya? Jika sanggup dan berhasil, maka masyarakat akan mengangkat sebagai "dewa". Jika sebaliknya, maka pemimpin tersebut sama saja dengan pemimpin sebelumnya.

Indonesia sedang mencari pemimpin. Dimana pemimpin bangsa ini haruslah pribadi yang mampu menjadikan kekuasaan sebagai amanah, di mana kekuasaan sebagai 'beban' bukan sebagai kehormatan, bukan sebagai prestise, bukan sebagai maharaja.  Menjalankan kekuasaan sebagai peluang untuk berbakti dan mengabdi,  bukan sebagai 'kesempatan' untuk menumpuk rupiah dan kekayaan sebagaimana pesan sang raja Khalifah Umar ibn Khattab kepada Utsman ibn Affan.

Seorang pemimpin harus visioner, berintegritas tinggi, mempunyai wawasan kognitif yang luas, seluas  gelombang samudra. Sehingga mampu membaca dan memahami keinginan rakyat. Pemimpin harus mendengar, banyak bekerja keras, bukan banyak mengangkat telunjuk dan memerintah anak buah seenaknya. Ada saatnya seperti itu, setelah memahami kemauan rakyat. Karena di alam demokrasi rakyat diistilahkan sebagai "Tuhan".  Vox populi vox dei yg mengandung makna, suara rakyat harus dihargai sebagai penyampai kehendak Ilahi.

Seorang pemimpin besar harus memiliki jiwa,  kekerasan hati, dan berani dalam

bertindak apapun resikonya. Karena sesungguhnya hidup itu beresiko. Kekerasan hati dan keberanian ini mencakup tiga dimensi yaitu dimensi mental, dimensi emosional, dan dimensi manajerial.

Dimensi mental berarti seorang pemimpin harus tahan banting atas segala tantangan dan senantiasa bergairah dalam meningkatkan berprestasi. Sedangkan dimensi emosional berarti bertindak teguh, tekun, tegar, mantap, bermental baja, berketetapan hati, serta tegas dalam mengambil keputusan, tidak berat sebelah dalam perkara hukum. Dilain pihak dimensi manajerial mengandung makna menaruh perhatian pada semua sendi-sendi kehidupan, berpikir dan bertindak ekonomis dan profesional, menjaga prestasi sesuai dengan visi dan misi yang dimilikinya.

Akhirnya dengan pribadi-pribadi dan sikap pemimpin di atas maka dapat diyakini pemimpin tersebut bisa  mengantarkan bangsa ini menuju perubahan yang besar. Kita semua hanya bisa berharap semoga siapa pun pemimpin kita nantinya dapat hadir dengan ide-ide, gagasan, dan narasi besar, serta  prestasi-prestasi besar pula, dapat menjalankan misi dan memetakan bangsa ini dengan sepenuh hati demi untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, baldatun toyyibatun warrabun ghofur..